Petualangan Salman : Muslim itu Harus Bisa Memilih

Jleb. 

Itu yang aku rasakan ketika membaca baris kalimat itu. Sederhana. Tapi bertenaga. Terus terang, merasa tersindir. Kadang aku dihadapkan pada pilihan yang sebenarnya aku sendiri tahu harus memilih yang mana. Nafsu menguasai dan batinku yang masih lemah imannya ini memilih sesuatu yang aku sendiri tahu bahwa itu bukan pilihan yang baik.

Ribet amat sih, Ri. 

Aku kasih contoh ya. Gini,  aku naksir sebuah tas di salah satu marketplace. Suka? separuh hatiku bertanya. Lantang kujawab, iya. Butuh? separuh hatiku yang lain bertanya setengah menyindir. Ragu, aku menjawab, yaa...nggak juga sih. Secara aku udah punya tas lebih dari satu, jujur kuakui. Terus, apa pilihanku? Aku ya milih tetap beli tas itulah. Hehehe. Kalah deh aku sama nafsuku. 



Sejak pertama kali diperkenalkan oleh penulisnya, aku langsung jatuh cinta sama novel anak ini. Apa hubungannya dengan tas yang sudah aku beli? Silakan baca review saya tentang novel anak ini.  

Isinya tentang seorang anak, namanya Salman. Dia dan ayahnya berangkat umrah sebagai hadiah kemenangan Salman dalam lomba menghapal Al Qur'an. Kelas 4. Adiknya bernama Aisyah. Di dalam pesawat yang membawa mereka ke Jeddah, Salman berkenalan dengan Ryan (kelas 5) dan adiknya Ratih (kelas 2). 

Bersama mereka petualangan Salman dimulai. 

Salman selalu diingatkan agar tetap berada di sisi abinya agar tidak hilang. Selalu diingatkan agar tetap menghafal Al Qur'an. Tapi godaan selalu datang. Ryan yang sangat suka bermain-main terus mengajak Salman untuk ikut bermain. Padahal berkali-kali abinya bilang, umrah untuk berdoa bukan bermain. 

Ryan sangat suka bermain game. Dia sering meminjam ponsel ayahnya untuk sekedar bermain game. Salman yang hanya tahu permainan game dari teman-teman di kelasnya pun jadi penasaran. Karena di ponsel abinya tak ada permainan apapun. Abinya tak mengangguk juga tak menggeleng saat Salman mulai terpengaruh dan berkali-kali mengatakan ingin bermain game, padahal dia belum menyelesaikan hafalannya. "Muslim Itu harus bisa memilih," jawab Abinya Salman. Salman tetap ngotot. Akhirnya abinya pun mengijinkan Salman bermain game sebentar. Tapi permainan dalam ponsel Ryan sangat seru, Salman pun lupa waktu. Abinya diam saja. 

Saat waktunya menghafal, Salman kebingungan. Dia lupa lanjutan ayat dalam salah satu surat Al Qur'an yang sebenarnya sudah dia hafal. Salman mulai mengeluh. Saat itulah Abinya menjelaskan bahwa mungkin hafalan Salman jadi hilang karena Salman selalu memikirkan game sehingga lupa tujuan sebenarnya pergi umrah. Salman menyesal. Tapi dia tetap ingin bermain game.





Dari tanah air, abinya Salman mendapat kabar kalau Ai sakit demam berdarah dan harus diopname. Duuh....

Ada Kakek Raka yang satu rombongan dengan Salman dan abinya. Usia beliau sudah sepuh tapi belum lancar membaca Al Qur'an. Masih iqra. Kakek Raka pun belajar iqra dari abinya Salman. Begitu juga dengan Ryan dan Ratih yang hafalan Juz Amma-nya belum banyak. 

Kakek Raka sangat senang bisa belajar iqra dari Salman dan abinya. Beliau pun memberikan hadiah pada Salman sebelum berpisah di bandara ketika tiba mereka di tanah air.

Apa hadiahnya? Silakan baca buku ini. Yang jelas Salman berjanji bahwa dia, sebagai seorang muslim, akan bisa memilih yang baik untuk dirinya. Ohya, ada penjelasan singkat tentang perbedaan umrah dan haji juga yang akan menambah wawasan anak-anak. 

Itu ringkasan ceritanya. Bikin penasaran kan?

Namanya novel anak pasti dibuat semenarik mungkin, bukan? Begitu juga buku ini. Di dalamnya bertebaran ilustrasi yang menarik.



Juga warna-warna yang cerah pada beberapa kalimat ikut mendukung agar buku novel ini nyaman dibaca anak-anak. 






Bukan itu saja, penulis buku ini, Mbak Nurhayati Pujiastuti juga menyisipkan beberapa fakta seru. Ya, Salman juga mengunjungi tempat-tempat bersejarah dan religius selama menjalankan ibadah umrah. Fakta-fakta seru itu tentu saja menambah pengetahuan untuk anak-anak. Tak lupa penulis juga menyisipkan doa dan hadist yang mudah dihapal oleh anak-anak.


Novel dengan tebal 119 halaman ini diterbitkan oleh Penerbit Gema Insani. Baru cetak Desember 2016 kemarin, jadi masih hangat-hangat kuku. Harganya pun terjangkau Rp 45.000,00. Sangat recommended buat anak-anak terutama usia SD. Apalagi untuk orang dewasa, novel anak ini sangat dianjurkan untuk dibaca.

Senangnya lagi, aku dikasih suntikan semangat dari penulisnya langsung. Hehehe. 


Selesai baca buku ini aku langsung ingat tas baruku. Cuma bisa menghela napas (nggak mungkin dibalikin kan?).

Okey. Aku juga harus bisa memilih. 





Komentar

Postingan populer dari blog ini

I am Me Series #1 I'm A Little Lady (Aku Dapet) Si Kecil Udah Baligh, Nih!

I Am Me Series #2 : I'm Growing Up (Aku Berkembang)

Princess Academy : Sahabat Sejati