Anak Kita Anak yang Berani, Mungkinkah?
Saya pernah menulis status di facebook saya, tentang Aisha dan teman-temannya yang dihampiri oleh orang tak dikenal. Alhamdulillah, karena lindungan Allah SWT, mereka selamat dari apa yang saya khawatirkan.
Namun, bukan berarti tugas kita sebagai orangtua telah selesai. Ya, menjadi orangtua jaman sekarang memang kudu ekstra waspada. Ditambah pemberitaan media yang bermacam-macam plus hoax di mana-mana, pasti bikin kita merinding disko. Khawatir campur takut membuat kita jadi membatasi ruang gerak anak-anak kita. Kasihan, kan, kalau mereka kehilangan masa kecil mereka yang seharusnya dapat mereka nikmati.
Saya masih ingat, bagaimana bebasnya saya bermain kemanapun saya suka bersama teman-teman saya tanpa dihantui rasa cemas orangtua saya. Waktu saya kecil, mama saya punya usaha warung kelontong yang sedang laris-larisnya. Pembeli yang sangat banyak membuat mama saya nggak bisa fokus hanya mengawasi saya saja. Saya juga punya dua adik laki-laki yang masih kecil juga waktu itu. Praktis, beliau hanya mengandalkan insting dan kepercayaan pada saya.
Ya, saya selalu pulang sore menjelang maghrib. Tak pernah mama saya menceramahi saya agar jangan main jauh-jauh, sama teman-teman yang dekat rumah saja bla bla bla, yang saya utarakan tiap hari pada Aisha. Kadang, saya pun khawatir, jangan-jangan Aisha akan mengalami ketakutan tak beralasan ketika bertemu orang lain seperti saya yang kini selalu mencemaskan dia jika beberapa menit saja dia tak kelihatan.
Adalah para ibu yang seperti saya? Please, ngacung. Supaya saya nggak merasa sendiri.
Kejadian di awal tulisan ini adalah setelah saya membacakan dua buku ini.
Deskripsi Buku :
Judul : Aku Anak yang Berani, bisa melindungi diri sendiri
Penulis : Watiek Ideo
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Deskripsi Buku :
Judul Buku : Aku Anak yang Berani 2, Bisa Melindungi Diri Sendiri
Penulis : Watiek Ideo dan Theo Ideo
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Kedua buku itu berjenis picbook.
Buku pertama berisi 10 cerita dan tips mencegah kejahatan seksual pada anak. Ini penting, setidaknya mengajarkan kepada anak-anak bagaimana dan apa yang harus mereka lakukan jika berada dalam posisi yang menurut mereka tak nyaman. Isinya juga menarik. Penjelasannya lugas dan gampang dimengerti oleh anak-anak.
Salah satu cerita pada buku pertama. Ketika anak diajak oleh seseorang lalu orang itu melakukan sesuatu |
Menjelaskan bagian-bagian tubuh mana saja yang tak boleh disentuh oleh sembarang orang |
Ajari mereka untuk mau terbuka pada orangtua. Menjelaskan apa yang dialami tanpa merasa takut. |
Ini salah satu contoh ceritanya. Seorang anak yang gemar memalak temannya. |
Ayo, bukalah mata kita. Kejadian seperti itu bukan tidak mungkin terjadi. Saya yang mengalami masa SD puluhan tahun yang lalu, juga masih ingat ada satu teman laki-laki saya yang sering minta uang kepada saya. Awalnya saya beri karena saya emrasa kasihan dia tidak bawa uang saku. Eh, malah keterusan. Saya yang merasa tak nyaman dimintai uang terus, akhirnya ngomong sama mama saya. Nggak pakai lama, hari itu juga, saat saya masuk siang, mama saya langsung bicara pada teman laki-laki saya itu. Beliau juga bicara pada wali kelas saya Mulai saat itu teman laki-laki saya nggak berani lagi minta uang sama saya.
Ah, maaf, jadi curhat. Hehehe. Lanjut lagi, ya.
Dua buku ini juga disertai tips untuk orangtua. Jadi, walaupun buku ini berkonsep anak-anak, sasaran market sebenarnya adalah orangtua. Ketika anak membaca buku ini, wajib didampingi orangtua. Agar orangtua bisa menjelaskan banyak hal dan tentu saja bisa menjawab berbagai pertanyaan yang mungkin muncul. Jadi anak-anak tak perlu mencari jawabannya sendiri.
salah satu tips untuk orangtua |
Ada lembar informasinya juga |
Yang jelas, buku ini jauh berbeda dengan buku yang sempat diributkan kemarin. Walau judulnya sama. Beberapa waktu yang lalu, buku ini sempat kena imbasnya. Hendak ditarik dari peredaran. Padahal buku ini telah mengalami cetak ulang.
Bukan itu saja, jika buku ini sudah mendapat banyak rekomendasi dari berbagai pihak terkait, wajarkah jika masyarakat tak boleh lagi mengambil ilmu dari dua buku ini?
Pada cover belakang |
Pada halaman awal buku pertama |
Yuk, jadi orangtua yang cerdas. Teruslah belajar dan mencari ilmu. Bekali juga anak-anak kita dengan ilmu yang bermanfaat. Karena menjadi orangtua adalah proses pembelajaran tanapa batas waktu.
Sebab anak adalah anugrah. Mereka adalah amanah. Karunia maha indah yang tak layak disia-siakan.
Sebab anak adalah anugrah. Mereka adalah amanah. Karunia maha indah yang tak layak disia-siakan.
Sebab kelak kita akan dimintai pertanggungjawaban atas amanah yang telah diberikanNya.
Anak adalah anugerah maka jangan disia-siakan. Saya sepakat dengan ini,Mbak. Karena itu, kita harus menjaganya tumbuh kembangnya, baik pfisik maupun psikis. :-)
BalasHapusYup, bener banget, Mbak. ☺ Makasih udah mampir...
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapus